S. Riyadi · Published 04 April 2020

Menelaah Kebodohan Netizen Toxic yang Bisa Merusak Esports

Home > Artikel > News > Menelaah Kebodohan Netizen Toxic yang Bisa Merusak Esports

Masih ingat kasus yang menimpa klub sepakbola yang terpaksa harus membayar denda milyaran rupiah karena kebodohan yang dilakukan pendukungnya sendiri? Apalah arti olahraga tanpa penggemar, tidak dapat dipungkiri berkembangnya olahraga E-Sports hingga seperti sekarang ini tak lain karena memiliki banyak fans. Namun hadirnya fans dalam dunia olahraga ibarat pisau bermata dua, terlebih penggemar di belakang layar atau netizen toxic.

Satu sisi dengan banyaknya fans bisa menjadi pemacu semanggat team yang bertanding. Tapi di sisi lain, keberadaan penggemar garis keras justru bisa menghancurkan olahraga itu sendiri. Di Indonesia saja tercatat ada sekitar 60 juta orang yang menjadi fans setia olahraga eSports, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai angka 100 juta di tahun 2020.

Bayangkan jika separuh dari fans itu adalah netizen toxic, yang kerap melontarkan komentar-komentar negatif ke tim lain. Tentu saja ini dapat memicu permusuhan di antara para pendukung team-team esports, dan tragisnya bisa berujung kekerasan antara mereka sendiri di dalam komunitas.

netizen toxic esport

Menelaah kebodohan pemain keduabelas atau yang sering disebut suporter atau fans atau netizen memang perlu sebuah pendalaman serius. Saling ejek sepertinya memang sudah menjadi budaya, bahkan budaya primitif ini sampai terbawa ke dalam permainan Mobile Legends Professional League (MPL) Indonesia Season 5.

Pemain Rex Regum Qeon (RRQ) Hoshi, Joshua “LJ” Darmansyah bahkan harus mengingatkan seluruh pengemar esports untuk tidak menjadi toxic, yaitu dengan cara mengakhiri saling ejek dan sindir ke fans tim lain. Joshua mengatakan bahwa menjadi toxic karena hanya akan merugikan, bahkan menghancurkan esports itu sendiri. Menurut Joshua, fans seharusnya bisa menciptakan lingkungan esports yang positif dengan banyak keseruan.

Joshua RRQ-LJ

“Jangan toxic lah, karena kita semua harus menciptakan lingkungan esports yang positif dengan banyak keseruan. Bukan malah saling menjatuhkan satu sama lain. Semua itu enggak banget, guys,” ucap LJ.

Saya mau ingatkan kepada fans RRQ untuk stop mengeluarkan hal-hal yang tidak baik kepada tim lain. Karena kita semua berteman. Dalam pertandingan mungkin memang musuhan tapi di luar itu kita semua berteman. Kata-kata sebelumnya yang kurang enak hanya candaan saja, supaya semakin seru dan panas di pertandingannya,” jelasnya.

Di luar itu kita semua teman, sportif, dan saling mendukung satu sama lain. Jadi stop menghina, mari berkarya,” pungkas dia.

Tak lupa Joshua menguncapkan terima kasih kepada fan setia RRQ yang selalu memberikan support kepada RRQ Hoshi hingga berhasil menjuarai Mobile Legends Professional League (MPL) Indonesia Season 5 musim reguler.

Terima kasih kepada kalian yang sudah mendukung kami dari pekan pertama hingga delapan. Kini kami sudah berhasil lolos ke play-off dan terus berikan dukungan kalian. Sampai ketemu di play-off. VIVA RRQ!

kampanye berupa spanduk dengan slogan-slogan positif seperti “Stop menghina, mari berkarya” sudah sering dilakukan. Namun, menghilangkan toxic pada fans di belakang layar atau netizen sepertinya mustahil. Wahai kalian (fans ngawur) harus tahu, permainan beberapa orang dalam team mungkin menurut kalian buruk, tapi tidak ada yang jauh lebih buruk daripada kelakuan kalian.


© 2024 PT. Gudang Pelangi Indonesia. All Rights Reserved